Ada seorang hamba yang begitu taat kepada Allah, sebut saja namanya Fulan. Dia tak pernah lalai dalam beribadah kepada Allah SWT. Suatu hari Izrail, malaikat pencabut nyawa, datang bertamu kepadanya. Terjadilah tanya jawab antara Fulan dengan tamunya itu."Wahai Izrail! Apakah perihal kedatanganmu ke mari adalah atas perintah Allah untuk mencabut nyawaku, ataukah hanya kunjungan biasa?" "Ya, Fulan ! Kedatanganku kali ini tidak dalam rangka mencabut nyawamu. Kedatanganku ini hanya kunjungan biasa. Mendengar penjelasan Izrail, maka seketika bersinarlah wajah Fulan karena gembiranya. Mereka lalu bercakap-cakap sampai tiba saatnya Izrail akan pamit.
"Wahai sahabatku, Izrail! Sebagai tanda persahabatan kita, aku ada harapan kepadamu kiranya engkau tidak berkeberatan untuk mengabulkannya." "Gerangan apakah permohonanmu itu, hai Fulan sahabatku?" "Begini, ya Izrail. Jika nanti kau datang lagi kepadaku dengan maksud untuk mencabut nyawaku, maka mohon kiranya engkau mau mengirimkan utusan kepadaku terlebih dahulu. Jika demikian, maka aku ada waktu untuk bersiap-siap menyambut kedatanganmu." "Oh, begitu? Hai, Fulan, kalau hanya itu permohonanmu, aku kabulkan. Aku berjanji akan mengirimkan utusan itu kepadamu."
Waktu pun berjalan. Tahun berganti tahun. Tak terasa bahwa pertemuan antara Fulan dengan Izrail telah sekian lama berlalu. Kehidupan berlangsung terus sampai suatu ketika Fulan kaget sekali. Tak disangka-sangka sebelumnya Izrail muncul di rumahnya. Fulan merasa bahwa kedatangan Izrail ini begitu mendadak, padahal ada komitmen janji Izrail kepadanya.
"Wahai, Izrail sahabatku! Mengapa engkau tak mengirimkan utusanmu kepadaku? Mengapa engkau ingkar janji?" Dengan tersenyum, Izrail menjawab, "Wahai Fulan, sahabatku! Sesungguhnya aku sudah mengirimkan utusanku itu kepadamu, hanya kamu sendiri yang mungkin tidak menyadarinya. Coba perhatikan punggungmu, dulu ia tegak tetapi sekarang bungkuk. Perhatikan caramu berjalan, dulu kamu begitu tegap perkasa, sekarang gemetaran dengan ditopang tongkat. Perhatikan penglihatanmu, dulu ia bersinar sehingga orang luluh kena sorotnya tetapi sekarang kabur dan lemah. Ya, Fulan, bukankah pikiran-pikiranmu sekarang mudah putus asa padahal dulu begitu enerjik dan penuh berbagai harapan? Tempo hari kamu hanya menginginkan satu utusan saja dariku, tetapi aku telah mengirimkan begitu banyak utusanku kepadamu!"
Sahabat, itu adalah tanda ajal yang pasti mendekat. Banyak juga manusia yang mendapat ajal tanpa mengalami tanda-tanda tersebut. Namun ada juga telah mendapatkan tanda-tanda tapi tidak menghiraukannya. Semoga kita diberikan waktu dan kesiapan untuk membekali diri sebelum ajal menimpa kita.